Oleh Charles Q. Choi, Kontributor OurAmazingPlanet | LiveScience.com
Tsunami
umumnya identik dengan lautan. Tetapi ilmuwan mengatakan, sebuah
tsunami kuno pernah terjadi di sebuah danau di Swiss, yang dipicu oleh
longsornya pegunungan Alpine. Sejumlah kota yang terletak di tepian
danau tersebut rentan bencana.
Tsunami adalah gelombang raksasa
dengan tinggi mencapai sekitar 30 meter, yang sering dipicu oleh gempa
bumi. Namun demikian, tsunami juga dapat dipicu oleh tanah longsor atau
letusan gunung berapi.
“Orang berpikir bahwa hanya mereka yang
tinggal di tepi laut dan dekat pusat gempa bumi yang dapat terkena
dampak tsunami,” kata Guy Simpson, pakar geologi dari University of
Geneva. “Tapi kami kira kami punya contoh yang mengatakan sebaliknya.”
Tsunami kuno
Ilmuwan
menganalisis Danau Geneva di Swiss. Tepian danau ini ditinggali oleh
lebih dari 1 juta orang, dan 200 ribu di antaranya berada di Jenewa,
kota terpadat kedua di Swiss.
Pada tahun 563, sejarah mencatat
sebongkah batu besar longsor di pegunungan yang terletak lebih dari 70km
Jenewa. Peristiwa longsornya batu tersebut dikenal sebagai peristiwa
Taurendunum — saat batu yang besar tersebut terbawa arus sungai Rhone
yang mengaliri Danau Geneva. Batu yang longsor dan terbawa arus tersebut
menghancurkan sejumlah desa.
Bencana tersebut mengakibatkan
tsunami di Danau Geneva dan menerjang apa pun yang ada di tepian danau.
Menghancurkan pedesaan, memusnahkan berbagai jembatan dan pabrik di
Jenewa, bahkan menghancurkan tembok kota Jenewa dan menewaskan sejumlah
orang yang berada di dalam kota.
Untuk menyelidiki peristiwa
tersebut, para peneliti mengamati bagian terdalam dari Danau Geneva yang
terkena gempa. Penelitian tersebut mengungkapkan, sebuah sedimen besar
tersimpan di dasar danau yang terbentang dengan panjang lebih dari
sekitar 10 km dan lebar 5 km, dengan volume setidaknya 250 juta meter
kubik.
Sedimen yang tersimpan tersebut rata-rata berada di
kedalaman 5 meter, dan yang paling tipis terdapat di dekat delta sungai
Rhone — yang dianggap sebagai tempat awal terbentuknya sedimen tersebut.
Contoh
inti dari sedimen di danau tersebut mengungkapkan, sedimen raksasa itu
terbentuk antara tahun 381 dan 612, dan dianggap sebagai penyebab
Taurendunum.
Para ilmuwan menghitung, ombak setinggi 8 meter pada
saat itu mencapai Jenewa sekitar 70 menit setelah terjadinya longsoran
batu tersebut. Kecepatannya sekitar 70 kilometer per jam.
“Ombak tersebut bergerak lebih cepat, lebih cepat dibandingkan kecepatan Anda berlari,” kata Simpson kepada OurAmazingPlanet.
Kota yang rentan
Jenewa
rentan terhadap bencana karena lokasi tergolong rendah dibandingkan
danau, serta berada di ujung aliran danau, sebuah tempat yang dapat
menyebabkan gelombang tinggi.
Jika tsunami terjadi saat ini, maka akan menenggelamkan sebagian besar kota Jenewa, seperti yang dikatakan oleh para peneliti.
“Jenewa
juga merupakan kota yang dianggap memiliki jarak terjauh dari tempat
yang kita kira menjadi lokasi bermulanya tsunami. Bagi warga yang
tinggal dekat dengannya, tsunami diperkirakan akan tiba dalam waktu 10
sampai 15 menit, nyaris tidak ada kesempatan untuk memberikan
peringatan,” kata Simpson.
Pembentukan sedimen di sungai itu
masih membentuk lereng di delta sungai Rhone, para peneliti menyatakan
bahwa tsunami kemungkinan bisa terjadi di Danau Geneva di masa depan,
yang mungkin saja disebabkan oleh lonsoran batu, gempa bumi bahkan badai
yang dahsyat.
“Tsunami pernah terjadi di Danau Geneva pada masa
lalu, dan masih memiliki kemungkinan untuk terjadi di masa depan,” kata
Simpson.
Para peneliti berikutnya dapat menggali sedimen Danau
Geneva lebih dalam lagi untuk mendapatkan gambaran seberapa sering
tsunami muncul dan mengetahui kapan kemungkinan tsunami berikutnya
muncul.
Simpson dan rekannya Katrina Kremer dan Stéphanie
Girardclos mengungkapkan penemuan mereka lebih mendalam secara online
dalam jurnal “Nature Geoscience” pada 28 Oktober.
Rabu, 31 Oktober 2012
Tsunami Kuno Pernah Terjadi di Danau Swiss
Diposting oleh Unknown di 08.17
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar