Minggu, 25 Agustus 2013

pengenalan sensor dan jenis-jenis sensor



Pengenalan Sensor

         Dalam rangkaian elektronika untuk keperluan pengukuran atau deteksi, diperlukan suatu bagian yang disebut sensor. Sensor berfungsi untuk mengubah besaran yang bersifat fisis seperti suhu, tekanan, berat, atau intensitas cahaya menjadi besaran listrik (tegangan atau arus listrik).
Sensor memiliki suatu ukuran yang disebt sensitivitas. Sensitivitas menunjukkan seberapa besar pengarh perubahan nilai besaran fisis yang diukur oleh sensor terhadap keluaran dari sensor tersebut. Misalnya sebuah sensor suhu yang tegangan keluarannya berubah 0,1V jika terjadi perubahan suhu sebesar 1°C. Maka sensor suhu tersebut dapat dikatakan memiliki sensitivitas sebesar 0,1V/1°C.

Sensor yang baik memiliki ciri-ciri berikut ini:

1. Peka terhadap besaran yang akan diukur.
2. Tidak peka terhadap besaran lain yang tidak akan diukur.
3. Keberadaan sensor tidak mempengaruhi besaran yang akan diukur.

Ada banyak jenis –jenis sensor yang dapat kita temukan sesuai keperluan pengukuran atau deteksi yang akan kita lakukan. Jenis-jenis sensor yang banyak dipakai akan dijelaskan di postingan selanjutnya.



Jenis-jenis sensor
1.Sensor Suhu
Komponen Elektronika untuk keperluan pengukuran suhu yang paling mudah ditemukan adalah NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature Coefficient). Keduanya adalah resistor yang hambatannya dapat berubah sesuai dengan suhu di sekitarnya. Hambatan NTC akan turun apabila suhu di sekitarnya naik, sedangkan hambatan PTC akan naik apabila suhu di sekitarnya naik.

2.Sensor Mekanis
Sensor mekanis digunakan untuk mendeteksi posisi, pergerakan, kecepatan, atau tekanan pada suatu benda. Contohnya adalah strain gauge dan bourdon tube (untur mengukur tekanan) potensiometer (untuk mengukur sudut putaran), dan load cell (untuk mengukur gaya). Pada strain gauge, tekanan yang dikenakan pada sensor akan mengubah nilai hambatannya. Dengan demikian, bila hambatannya berubah, tegangan yang terbaca oleh sensor ini akan berubah sesuai besarnya tekanan yang diberikan.
http://3.bp.blogspot.com/-u-_6TBnVNwc/T1gfeD5oF8I/AAAAAAAAAiA/S3AorA-Apg8/s320/sputtered_strain_gauge-top.jpg



3. Sensor Cahaya atau Optik.
Sensor cahaya yang paling mudah ditemukan dan digunakan adalah LDR (Light Dependent Resistor), yakni resistor khusus yang nilai hambatannya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya. Jika cahaya makin terang (intensitas cahaya naik), nilai hambatan LDR mengecil. Sebaliknya, bila intensitas cahayanya berkurang, nilai hambatan LDR akan membesar. 
http://1.bp.blogspot.com/-Jk8vodps490/T1gf2uEpTII/AAAAAAAAAiI/uoZ22yk6z84/s200/Photoresistor-LDR.jpg
Selain LDR juga terdapat sensor yang lain yang dapat digunakan, yakni fotodioda, Fotodioda terbuat dari bahan semikonduktor PN seperti halnya diode atau LED (Light Emitting Diode) yang hanya dapat dilewati ars pada satu arah saja (forward bias), yaitu dari anoda ke katoda. Namun, jika terkena cahaya, fotodioda dapat dilalui arus pada arah yang berlawanan dengan araharus forward bias pada diode. Bahkan, fotodioda mampu menghasilkan arus listrik yang bernilai kecil ketika dikenai cahaya. Fotodioda juga memiliki kelebihan lain, yakni respon yang lebih cepat terhadap perubahan intensitas cahaya, bterutama jika cahaya yang digunakan adalah sinar infra merah (infra red). Oleh karena itulah, pada pembuatan robot line follower, fotodioda banyak digunakan sebagai sensor untuk membedakan garis hitam dan garis putih.

http://3.bp.blogspot.com/-AnYyp_4Q0oU/T1gf4_XFfRI/AAAAAAAAAiU/UUNFALC5JIM/s200/photodioda.jpg


Sumber : Jurus Kilat Jago Membuat Robot, Pustena ITB.

0 komentar:

Posting Komentar